Keris puthut kembar ngemut emas |
Dikalangan pecinta keris, dapur umyang lebih dimaknai sebagai benda isoteris klenik yang kental dengan dunia perdukunan. Penggemarnya pun juga kebanyakan dari kalangan pengusaha atau pedagang. Padahal bila dicermati lebih dalam, kita bisa menggali banyak nilai filosofis keris dapur puthut kembar ini dibandingkan sekedar berharap rejeki dari benda mati.
Mari kita coba melihat nilai-nilai tersebut karena keris
sebagai hasil karya seni juga merupakan sebentuk bahasa – alat komunikasi.
Bahasa adalah sarana yang membawa banyak muatan, baik muatan komunikasi,
karakteristik penutur/pembuat, sampai relasi nilai yang paling substansial.
Bahasa adalah sebuah simbol. Sebagai sebuah bahasa, bentuk dan gambar berbicara
menunjuk tentang lambang/simbolisasi sesuatu yang mempunyai kandungan makna
melampaui dirinya sendiri.
Dalam kaitannya dengan dunia pe-keris-an juga sama halnya.
Keris kerap dikatakan juga sebagai alat penanda jaman / sengkalan suatu masa
atau kejadian tertentu. Misal, Keris dengan kinatah Gajah Singo pada gonjo yang
melambangkan sengkalan tahun 1558, pertanda berhasilnya pasukan Sultan Agung
menumpas pemberontakan pragola di Pati, dan beberapa contoh keris lainnya. Dan
sesungguhnya lebih dari itu, keris juga bisa mempunyai maksud pralambang atau
simbolisasi. Dan ini bisa sangat jamak kita temui dalam hampir pada semua
keris, termasuk pada keris dapur Puthut Kembar ini.
Puthut, dalam istilah Jawa bermakna Murid atau Santri atau
Cantrik, seseorang yang berguru atau belajar ilmu (apa saja) pada seorang
guru/resi/pandita dsb. Putut adalah seorang pendeta atau petapa muda (Frater?).
Bentuk puthut ini konon berasal dari legenda tentang cantrik yang diminta
menjaga sebuah pusaka oleh sang guru. Ia diminta untuk menjaga (berjaga),
sambil terus berdoa dan memohon pertolongan serta kekuatan dari Yang Maha
Kuasa.
Ada murid laki-laki ada perempuan, keduanya juga
melambangkan keseimbangan dan juga perpaduan, bahwa apa yang ada di bumi ini
selalu berpasang-pasangan. Ada laki-laki dan perempuan, ada siang dan malam,
ada gelap dan terang, ada hitam dan putih, ada sedih dan gembira, ada yin dan
yang. Pada keris dapur puthut, ini bisa kita amati bahwa bentuk wajah Puthut
seolah-olah berupa orang laki-laki di bagian depan (gandik) dan perempuan di
bagian belakang (wadidang). Dan keduanya tampak menggenakan gelungan ikat
kepala.Posisi duduk bersimpuh (bertapa) : menengadahkan tangan seperti posisi
berdoa. Sebagai murid, untuk mencapai suatu ilmu, harus menjalaninya dengan
proses tirakat, semedi untuk mencapai keheningan, kebersihan batin, tawakal dan
berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa .
Jika jiwa kita bersih, maka kita
akan dengan mudah menyerap ilmu yang kita pelajari. Sebagai murid, atau orang
yang sedang belajar harus bisa menjauhkan diri dari sifat sombong, congkak atau
sifat merasa tahu (rumongso biso/sok tahu) Harusnya "biso rumongso".
Perlu membuka wawasan, mawas diri, rendah hati, sederhana, andhap ashor dan
bersedia belajar dari orang lain. Itulah laku yang harus dijalankan oleh murid
/ santri / cantrik di jaman dulu, kemarin, sekarang serta jaman-jaman
seterusnya. Itulah pakem seorang murid.
Dengan mendalami arti relief sepasang manusia pada dapur
keris tersebut maka kita akan bisa membedakan arti relief puthut dengan relief
umyang. Dengan memahami dan menghayati arti yang berbeda maka kita akan
mempunyai energi yang berbeda pula. Jika kita condong memahami keris tersebut
sebagai “bocah ngumyang” yang lebih ke urusan rejeki atau penagihan maka energi
kita juga akan lebih kemrungsung akan harta benda. Jika kita melihat sepasang
bocah sebagai puthut yang nyantri / murid – maka kita akan lebih bersikap
andhap asor dan mendudukkan diri sebagai murid di hadapan Yang Maha Kuasa,
sesama dan lingkungan jagat yang amat luas ini.
Posisi sikap keduanya sama yaitu sama-sama tangan menengadah
ke atas (atau menyembah). Keduanya sama-sama memohon ke TUHAN YME. Hanya
tujuannya yang berbeda karena “spiritualitas” yang berbeda. Yang satu memohon
pemahaman hidup (sejatining urip) – yang lain memohon jaminan kekayaan
harta/materi.
VARIASI BENTUK KERIS DAPUR PUTHUT
Selain bentuk umumnya keris dapur umyang atau puthut kembar
sebagaimana di atas, di kalangan per-keris-an dijumpai pula beberapa versi lainnya.
Ada yang dalam bentuk Bethok ber-relief Umyang (Bethok buda sebagai ciri dari
jaman abad 5), ada yang cuma satu puthut-nya, ada variasi lainnya yaitu satu
sisi puthut / badjang/ umyang dan sisi lainnya macan, umyang-naga (ada yang
menyebut naga pandhita) dsb.
MITOS SEPUTAR KERIS DAPUR UMYANG
Di bawah terekam berbagai sharing yang kami kutip dari
berbagai sumber dan diskusi tentang keris dapur umyang dari sisi isoterisnya.
Kebenarannya? Wallahualam. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Memberi –
dan hanya Allah yang harus ditakuti. La khaola walla khuata illa billa!.
"Setahu saya terdapat 6 jenis Umyang dengan khasiyat
berbeda. Yang di bantul milik pak jankung Umyang beras( selalu terbukti dapat
memenuhkan gelas berisi beberapa butir beras menjadi penuh dlm kurang dr 5
menit), di sorowajan jogja ketika saya datangi ke rumah pemilik, malah
umyangnya berbahan batu mengandung logam mirip bethok buda(amat tua, sepertinya
dari jaman buda sebelum abad 4), umyang jk beraksara mk termasuk masih muda, paling
tua dr jaman majapahit dg besi hitam kelengan.
Di sleman umyang tumbak milik pak nyot super langka. Dr
jaman kerajaan Kediri (Daha), makannya darah manusia, jk ditaruh 1 gelas penuh
darah malamnya, mk paginya akan susut inggal 1/4 kadang 1/2 gelas, khodam 2
raja bajang dr jenis berwarna kuning keemasan. Bentuknya mirip arca Gupolo tp
cebol.
Di Tempel Sleman, umyang milik rekan sepuh saya di sana, jika
digores silang (X) ke sebidang tanah, maka si pemilik tanah akan segera minta
dibeli tanahnya oleh si penggores.
Di bogor milik sepuh asal jatim, umyang dipake menagih
hutang, dg menyuruh khodamnya mengganggu si penghutang, misal ktk tidur
ranjangnya diangkat ingga terbalik, diteror, dsb hingga dai membayar
hutangnya(Umyang Tagih).
Di Purworejo Umyang jk ditarik dr warangka mk sontak listrik
rumah padam, kejadian 2x ditarik 2 kali padam, js Umyang sekaligus
Sumpet(Singkir) geni.
Di malang umyang didapat dr benteng pendem cilacap ukuran
besar seperti pedang, di mulut pututnya tdp emas dan matanya tdp batu mirah, di
lampung ktk sy telpon pemiliknya sering bingung dengar suara tangisan bayi di
malam hari, semntara jk sawah mrk panen, mk hasilnya melebihi ukuran normal.
Misal 1 hektar sawah umpama panen 4 ton mk doi timbang hasilnya 10-12 ton.
Sekedar sharing info. Konon khabarnya, keris omyang jimbe
perawatannya cukup sulit. Artinya, tidak setiap orang kuat memangku derajat
atau sawab yang terkandung pada pusaka ini. Seperti merawat seorang bayi, siapa
saja yang memiliki pusaka jenis ini harus telaten, sabar dan tak mudah emosi.
Selain itu, tak boleh terlambat barang sehari dalam memberi srono/syarat/saji,
jika tak menginginkan yoni pusaka ini marah, dan kemudian menghantam
pemiliknya. Sehingga keris ini tidak cocok dirawat oleh orang yang berwatak
berangasan, kasar, suka menang sendiri, dan tidak peka terhadap perasaan orang
lain.
Keris Omyang Jimbe tergolong sulit. Sebab pusaka yang satu
ini tidak suka dicampur degan pusaka jenis apapun. Dia lebih senang ditempatkan
pada tempat yang sepi, bersih, rapi, dan jauh dari keramaian. Jika dipaksa
untuk campur, bukan tidak mungkin pusaka yang selalu basah akibat tuanya besi
baja itu akan marah.
Lebih mengerikan, jika pusaka ini murka, maka yang diserang
adalah pemiliknya sendiri. Jika marah, pemiliknya akan selalu dihantui dengan
mimpi buruk, misal mimpi kecelakaan, dikejar binatang buas. Yang terparah,
pemilik akan mengalami stres.
Khasiat Keris Omyang Jimbe : bisa buat menunjang mencari
nafkah asal si pemilik nayuh dulu. Khasiat lain : dapat dipakai untuk menagih
utang. Jika si penghutang ngotot tidak mau bayar, dia bisa gila dan baru sembuh
jika hutangnya terlunasi…."
Sebagai penutup, penulis tidak ingin memberikan komentar
lebih lanjut, terutama mengenai sisi subjektif isoteri keris dapur putut ini.
Hanya beberapa kutipan weweler dalam bahasa jawa yang mungkin bisa kita jadikan
renungan bersama.
Ing samubarang gawe aja wani mestheake, awit akeh lelakon
kang akeh banget sambekalane, sing ora bisa diduga tumibane. Jer kaya unine
pepenget ‘menawa manungsa iku pancen wajib ihktiyar, nanging pepesthene
dumunung ing astane Pangeran Kang Maha Wikan’. Mula ora samesthine yen manungsa
iku nyumurupi bab-bab sing during kelakon. Saumpama nyumurupana, prayoga aja
diblakake wong liya, awit temahane mung bakal murihake bilahi.
Yen sira kabeneran katunggonan bandha lan kasinungan
pangkat, aja banjur rumangsa ‘Sapa sira sapa ingsun’, tansah ngendelake
panguwasane tumindak degsura marang sapadha-padhane tumitah. Elinga yen bandha
iku gampang sirna, lan pangkat sawayah-wayah bisa oncat.
Iba becike samangsa wong kang lagi kasinungan kabegjan lan
nampa kabungahan iku tansah eling gedhe ngucap syukur marang Kang Peparing
Gesang. Awit elinga yen tumindak kaya mangkono mau kejaba bisa ngilangi watak
jubriya uga mletikake rasa rumangsa yen wong dilairake ing donya iku sejatine
mung dadi lelantaran melu urun-urun tetulung marang sapadha-padhane titah,
mbengkas kasangsaran, munggahe melu ngreksa hayuning jagad.
Salam Rahayu
Tidak ada komentar :
Posting Komentar