Keris kiyai jangkung |
Kita pasti
sering melihat jika ada pertunjukan pagelaran wayang kulit atau ringgit
purwa,Ki Dalang pasti memakai ageman sebilah keris,bukan Cuma sebagai aksesoris
seragam dalang, akan tetapi benar benar
sebilah keris pusaka. Dan yang saya tahu setiap dalam pasti membawa ageman pusaka piyandel yaitu Keris pusaka kiyai jangkung.
Dalam pengertian kosmologi yang tertulis dalam buku Keris Jawa.Keris JANGKUNG ; Antara Mistik
Dan Nalar dikatakan memiliki makna Perlindungan dan Pengayoman. Makna lain,
Keris berlekuk tiga atau Jangkung memiliki makna bahwa manusia diharapkan
Jinangkung Jinampangan dari Tuhan yang moho agung. Dengan demikian, keris
berlekuk tiga ini menggambarkan harapan agar keinginan manusia bisa tercapai.
Orang Jawa menamakannya Jangkung, keinginannya agar senantiasa dijangkung,
dipenuhi Yang Maha Kuasa. Tetapi manusia juga harus memberikan perlindungan.
Konon, pada awal pemerintahannya, Sultan Agung
Hanyokrokusumo beberapa kali memesan keris dapur Jangkung, dengan harapan dan
keinginan untuk menunjukkan tekadnya dalam memberikan pengayoman dan
perlindungan kepada warga masyarakat Mataram masa itu. Juga pernah tercatat
pada tahun 1984 dan 1985 Sri Sultan Hamengku Buwono IX pernah memesan dua bilah
keris, salah satunya dapur Jangkung Mengku Negoro kepada Mpu Djeno Harumbrojo.
Tetapi sayangnya beliau keburu wafat sebelum keris selesai dibuat.
Dalam hal ini, Keris Luk 3 Dapur Jangkung bisa kita jadikan
sebagai pengingat atas tugas kita (manusia) sebagai Pemimpin (Khalifah) di
dunia. Dengan demikian, tugas untuk memberikan pengayoman dan perlindungan
kepada seluruh makhluk Tuhan YME berada pada pundak manusia sebagai pemimpin di
dunia.
Tetapi yang kerap muncul adalah bahwa manusia terlalu
mendominasi atas segala kehidupan alam semesta, terutama di bumi. Seakan
manusia ini adalah pelaku utama yang berdiri sendiri. Fokus utama perhatian
khalayak hanya ada pada diri dan kebutuhan manusia itu sendiri tanpa
mempertimbangkan bahwa dunia dan alam semesta ini sesungguhnya adalah sebuah
jalinan kehidupan antar makhluk yang saling terkait dan mempengaruhi antara
satu dengan lainnya. Disini menunjukkan bahwa fungsi Manusia sebagai Pengayom
atau Pelindung telah bergeser menjadi Fungsi sebagai Penguasa. Fungsi dari
Pengaturan berubah menjadi Pemilik.
Kita sesungguhnya telah paham bahwa Tanah, Air, Udara,
Tumbuhan dan Hewan Serta segala yang ada di alam raya ini merupakan Makhluk
Tuhan. Tetapi karena adanya pergeseran fungsi Manusia dari Pengayom menjadi
Penguasa, menyebabkan segala yang ada di alam ini hanya digunakan sebagai
pemuas kebutuhan nafsu manusia belaka tanpa mempertimbangkan keseimbangan dan
keberlangsungan hidup makhluk yang lain.
Maka tak ayal lagi, yang terjadi adalah ketimpangan
kehidupan alam semesta dimana manusia telah mendominasi atas alam semesta. Dan
karena tidak mampu menjaga keseimbangan hidup alam semesta, maka yang terjadi
adalah munculnya berbagai bencana, dari mulai banjir, tanah longsor, gempa,
lumpur panas yang meluap, sampai pada kerusuhan sosial dan politik.
Jadi marilah kita bersama-sama terus mengabarkan dan
berjuang untuk kebaikan, demi terjaganya keseimbangan alam. Ini merupakan
fungsi kita (manusia) sebagai Pengayom dan Penjaga bagi kehidupan di dunia,
bukan merasa sebagai Pemilik. Karena sesungguhnya semua yang ada di Alam Raya
ini adalah milik dan menjadi Kekuasaan Tuhan yang maha kuasa.
Dan memang, disinilah salah satu manfaat Keris
sebagai Pusaka atau Piyandel. Yaitu sebagai salah satu Filosofi Hidup, dimana
kita bisa belajar banyak dari pengalaman masa lalu, walaupun kita tidak hidup
dimasa lalu.Adanya kita bisa hidup dizaman sekarang karena adanya nenek moyang
kita yang hidup dimasa lalu.Tugas kita hanya menjaga dan melestarikan
peninggalan peninggalan bersejarah dan budaya yang adiluhung ini.
SALAM RAHAYU
Tidak ada komentar :
Posting Komentar