Sabtu, 12 November 2016

Filosofi Keris Pusaka kiyai Jangkung

Keris kiyai jangkung

Kita pasti sering melihat jika ada pertunjukan pagelaran wayang kulit atau ringgit purwa,Ki Dalang pasti memakai ageman sebilah keris,bukan Cuma sebagai aksesoris seragam dalang, akan tetapi  benar benar sebilah keris pusaka. Dan yang saya tahu setiap dalam pasti membawa ageman pusaka piyandel yaitu Keris pusaka kiyai jangkung.

Dalam pengertian kosmologi yang tertulis dalam  buku Keris Jawa.Keris JANGKUNG ; Antara Mistik Dan Nalar dikatakan memiliki makna Perlindungan dan Pengayoman. Makna lain, Keris berlekuk tiga atau Jangkung memiliki makna bahwa manusia diharapkan Jinangkung Jinampangan dari Tuhan yang moho agung. Dengan demikian, keris berlekuk tiga ini menggambarkan harapan agar keinginan manusia bisa tercapai. Orang Jawa menamakannya Jangkung, keinginannya agar senantiasa dijangkung, dipenuhi Yang Maha Kuasa. Tetapi manusia juga harus memberikan perlindungan.


Konon, pada awal pemerintahannya, Sultan Agung Hanyokrokusumo beberapa kali memesan keris dapur Jangkung, dengan harapan dan keinginan untuk menunjukkan tekadnya dalam memberikan pengayoman dan perlindungan kepada warga masyarakat Mataram masa itu. Juga pernah tercatat pada tahun 1984 dan 1985 Sri Sultan Hamengku Buwono IX pernah memesan dua bilah keris, salah satunya dapur Jangkung Mengku Negoro kepada Mpu Djeno Harumbrojo. Tetapi sayangnya beliau keburu wafat sebelum keris selesai dibuat.

Dalam hal ini, Keris Luk 3 Dapur Jangkung bisa kita jadikan sebagai pengingat atas tugas kita (manusia) sebagai Pemimpin (Khalifah) di dunia. Dengan demikian, tugas untuk memberikan pengayoman dan perlindungan kepada seluruh makhluk Tuhan YME berada pada pundak manusia sebagai pemimpin di dunia.

Tetapi yang kerap muncul adalah bahwa manusia terlalu mendominasi atas segala kehidupan alam semesta, terutama di bumi. Seakan manusia ini adalah pelaku utama yang berdiri sendiri. Fokus utama perhatian khalayak hanya ada pada diri dan kebutuhan manusia itu sendiri tanpa mempertimbangkan bahwa dunia dan alam semesta ini sesungguhnya adalah sebuah jalinan kehidupan antar makhluk yang saling terkait dan mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Disini menunjukkan bahwa fungsi Manusia sebagai Pengayom atau Pelindung telah bergeser menjadi Fungsi sebagai Penguasa. Fungsi dari Pengaturan berubah menjadi Pemilik.

Kita sesungguhnya telah paham bahwa Tanah, Air, Udara, Tumbuhan dan Hewan Serta segala yang ada di alam raya ini merupakan Makhluk Tuhan. Tetapi karena adanya pergeseran fungsi Manusia dari Pengayom menjadi Penguasa, menyebabkan segala yang ada di alam ini hanya digunakan sebagai pemuas kebutuhan nafsu manusia belaka tanpa mempertimbangkan keseimbangan dan keberlangsungan hidup makhluk yang lain.

Maka tak ayal lagi, yang terjadi adalah ketimpangan kehidupan alam semesta dimana manusia telah mendominasi atas alam semesta. Dan karena tidak mampu menjaga keseimbangan hidup alam semesta, maka yang terjadi adalah munculnya berbagai bencana, dari mulai banjir, tanah longsor, gempa, lumpur panas yang meluap, sampai pada kerusuhan sosial dan politik.

Jadi marilah kita bersama-sama terus mengabarkan dan berjuang untuk kebaikan, demi terjaganya keseimbangan alam. Ini merupakan fungsi kita (manusia) sebagai Pengayom dan Penjaga bagi kehidupan di dunia, bukan merasa sebagai Pemilik. Karena sesungguhnya semua yang ada di Alam Raya ini adalah milik dan menjadi Kekuasaan Tuhan yang maha kuasa.


Dan memang, disinilah salah satu manfaat Keris sebagai Pusaka atau Piyandel. Yaitu sebagai salah satu Filosofi Hidup, dimana kita bisa belajar banyak dari pengalaman masa lalu, walaupun kita tidak hidup dimasa lalu.Adanya kita bisa hidup dizaman sekarang karena adanya nenek moyang kita yang hidup dimasa lalu.Tugas kita hanya menjaga dan melestarikan peninggalan peninggalan bersejarah dan budaya yang adiluhung ini.

                                                                  SALAM RAHAYU

Tidak ada komentar :

Posting Komentar